Minggu, 14 Januari 2018

Stronger

Jeff Bauman, menjadi korban peristiwa peledakan bom yang terjadi pada saat event lari Internasional Boston Marathon tahun 2013.

Dia kehilangan kedua kakinya, dan dia juga merupakan saksi hidup, karena mengetahui wajah pelaku pengeboman tersebut.

Diperankan oleh Jake Gyllenhaal sebagai Jeff Bouman dan Tatiana Maslany sebagai Erin Hurley, kekasih Jeff. Film ini saya pikir awalnya akan sedikit berbeda, karena Jeff merupakan saksi kunci dalam peristiwa pengeboman tersebut, sehingga dugaan saya terhadap film ini akan lebih ke arah drama investivigasi.


Namun, ternyata film ini adalah film drama, dimana Jeff sebagai saksi hanyalah cuilan kecil dari film ini yang lebih menceritakan kehidupan Jeff pasca pengeboman.

Jeff adalah seorang Waston (Warga Asli Boston), dia terkena bom pada saat di pinggir track untuk mensupport Erin Hurley yang mengikuti marathon.

Karena pengakuannya akan sosok pengebom tersebut, sontak membuat dia menjadi seorang pahlawan di Boston, karena hal tersebut memacu warga Boston untuk segera bangkit dan melawan terorisme.

Mendadak menjadi terkenal dalam keadaan cacat itulah yang membuat Jeff menjadi  gamang dan menjadi frustasi, karena menjadi terkenal dalam keadaan seperti ini adalah hal yang tidak diinginkan oleh Jeff, namun dia harus lewati.

Gyllenhaal sangat cocok menerankan Jeff Baumann, mimik muka dan gestur badannya sangat natural diperankan olehnya. apalagivteknik CGI yang digunakan hampir sepanjang film untuk memperlihatkan kaki yang tidak utuh, sangat terlihat nyata di layar kaca.

memorable scene menurut saya adalah ketika Jeff untuk pertama kalinya dibuka perbannya. ekspresi kesakitan yg diperankan Gyllenhaal ikut membuat kita yang menonton ikut merasakan kesakitan/perihnya pada saat membuka perban dari luka yang sudah mulai sembuh.

#eLmoviereview

Jumat, 12 Januari 2018

The Mountain Between Us

Entah apa yang ada di benak Any Abu-Assad selaku sutradara dan Peter Chernin selaku produser ketika memasangkan Kate Winslet dan Idris Alba sebagai pemeran utama.

sebelum saya menjawab pertanyaan itu, mungkin ada baiknya saya berikan jalan cerita dari film The Mountain Between Us.

Bercerita tentang Alex Martin (Kate Winslet), seorang photojournalist bertemu dengan dr. Ben Bass (Idris Elba) yang sama-sama terjebak di bandara karena akibat cuaca buruk, menyebabkan pesawat komersial yang mereka tumpangi tidak bisa terbang.

Alex berinisiatif mengajak Ben untuk menyewa pesawat kecil pribadi agar mereka bisa sampai ke tujuan mereka masing-masing tanpa mempedulikan cuaca buruk. Tidak disangka-sangka, pilot yang menerbangkan pesawat yang mereka tumpangi mengalami stroke pada saat menerbangi pesawat, sehingga menyebabkan pesawat itu jatuh di atas pegunungan es dan hanya mereka dan seekor anjing milik pilot yang selamat.

Cerita pun dimulai ketika mereka harus bertahan sambil menunggu berharap bantuan datang, atau terus bergerak mencari jalan keluar sendiri.

Tanpa membaca novel yg menginspirasi film ini, awalnya saya sempat berpikir ini adalah film action/drama-adventure tentang bagaimana mereka bertahan di pegunungan es, karena setengah film ini menceritakan hal tersebut, tetapi setengah film selanjutnya plot pun berubah arah menjadi romance, yang sayangnya tidak ada chemistry sedikit pun diantara mereka berdua.

Idris Elba terlihat berusaha membangun chemistry tersebut, namun sayang hal itu tidak disambut dengan performa maksimal dari Kate Winslet. Kate seolah hanya akting biasa, dibayar, lalu pulang... 

Jadi sayang sekali, nama besar kedua artis tersebut tidak bisa mengangkat film ini menjadi lebih baik.

At least, pemandangan di film ini sangat bagus...itu saja penyelamat di film ini. Semoga di film-film mendatang, semua yang teribat di film ini bisa menunjukan karya yang lebih baik

#eLmoviereview



Kamis, 11 Januari 2018

Victoria & Abdul

Queen Victoria: "Saya sangat kesepian, tidak ada yang tahu bagaimana rasanya menjadi seorang Ratu, apa gunanya Abdul?"


Abdul Karim: "Al-Quran berkata, kita di sini untuk melakukan kebaikan kepada orang lain"

Pada tahun sekitar 1800 akhir, negara India merupakan salah satu jajahan Inggris, dimana kekuasaan saat itu dipegang oleh Queen Victoria.


Queen Victoria, yang terkenal akan kediktatorannya mendapat kehormatan dari India, berupa koin emas yang diserahkan oleh seorang India yang bernama Abdul Karim.

Disinilah konfilik itu terjadi, dimana Queen Victoria yang notabene pemimpin Inggris Raya dan pemimpin gereja2, mendadak akrab dengan seorang India muslim, bahkan dia ingin mempelajari bahasa India, Al-Qur'an, dan segala hal tentang India.

Kedekatan mereka berdua, mengusik para penghuni kerajaan dan berniat mengusir Abdul Karim beserta keluarga dan koleganya.

sutradara Stephen Frears lebih menekankan kepada cerita dan kekuatan dialog di film ini, Judi Dench bermain apik sebagai Queen Victoria, sehingga menjadi nominasi di Golden Globes 2018. Sementara Ali Fazal, pemeran Abdul Karim...saya tidak tahu banyak sepak terjangnya dalam dunia perfilman.

Film ini menceritakan, bahwa dibalik ketegasan, kekejaman, kekuasaan, serta keegoisan seorang ratu Inggris, dia merasa kesepian dan mempunyai hati yang baik.

Victoria & Abdul... just another story tentang drama keluarga kerajaan Inggris yang diungkap ke publik.

#eLmoviereview

Rabu, 10 Januari 2018

Battle of Sexes

Ada kata terakhir sebelum pertandingan Bobby?

Bobby: "Pertandingan ini untuk semua pria, dunia merasakan apa yang kurasakan. Bahwa pria adalah raja, di tingkat tertinggi"

Billie: "Aku bosan dengan omongan, ayo bermain !!"

Sesuai dengan judulnya, film ini bercerita tentang Men vs Women, dimana sekitar tahun 1970an (1972-1973 tepatnya) seorang petenis wanita kelas dunia bernama Billie Jean King (Emma Stone) merasa tidak diberlakukan adil oleh Asosiasi Tenis, karena hadiah untuk petenis wanita tidak sama dengan petenis pria, padahal penonton pun ramai menyaksikan petenis wanita.

tidak terima dengan penjelasan ketua Asosiasi Tenis yang berkesan sangat membela petenis pria, Billie mengajak semua pemain tenis wanita untuk boikot dan membuat turnamen sendiri khusus wanita.


Hal ini membuat mantan juara wimbeldon yang kebetulan seorang pria, Bobby Riggs (Steve Carrel) berinisiatif menantang Billie untuk membuktikan siapa yang terbaik.

Sebenarnya dibalik film ini, terdapat pesan yang melebihi dari sekedar persamaan hak antara wanita dan pria, yang mungkin membuat film ini tidak akan tayang di bioskop di Indonesia.

Saya akan lebih suka membicarakan bagaimana kualitas akting dari 2 tokoh utama di film ini, dimana Emma Stone semenjak La La Land, jadi makin memukau kualitas aktingnya. Dan lawan mainnya pun tidak kalah tangguh yaitu seorang Steve Carrel, yang biasa kita lihat bermain di film komedi... di sini dia mampu bertransform menjadi seorang champion yang bengal atau sombong.

Walau tak dipungkiri para aktor dan aktris lain juga bermain apik di film ini (berarti Jonathan Dayton & Valerie Paris sebagai sutradara jago nih ngarahin para pemainnya). cinematography atau suasana film itu pun mendukung.

Ketika menonton film ini, apalagi pada saat puncak, kita akan merasakan ketengangan dan betap khidmat-nya sebuah pertandingan eksebisi yang dihadiri oleh ribuan penonton yang menyaksikan langsung dan betapa pentingnya sebuah komentator dan televisi sebagai pembawa opini.

Battle of Sexes, memperlihatkan kualitas akting dari para pemain itu bisa membuat film menjadi bagus dan enak ditonton

memorabe scene:
pada saat Bobby mengajak adu argumen dengan Billie di depan wartawan. Dan sesaat sebelum pertandingan, membuat kita tersenyum dan membela Billie di situ.


#eLmovireview