Sabtu, 20 Februari 2016

#moviereview: 99 Homes

 99 Homes merupakan film yang disutradarai oleh Ramin Bahrani yang juga menulis untuk film ini bersama Amir Naderi dan Bahareh Azimi. 99 Homes dibintangi oleh beberapa aktor ternama seperti Andrew Garfield yang berperan sebagai Dennis Nash, Michael Shannon sebagai Rick Carver, dan Laura Dern sebagai Lynn Nash. Film yang diangkat dari kisah nyata ini menceritakan tentang Dennis, seorang ayah yang mengalami masalah dengan broker namun kemudian ia justru bekerja dengannya. Film ini masuk dalam satu nominasi Golden Globes 2016 dalam kategori Best Performance by an Actor in a Supporting Role in a Motion Picture.


Akhirnya saya kesampaian juga menonton film ini… film yang didasari dari kisah nyata ketika perekonomian Amerika Serikat hancur sehingga membuat hampir semua pekerja kehilangan perkerjaannya dan tidak mampu membayar rumah yang sudah mereka agunkan ke bank.

Dennis Nash adalah salah satunya, Keadaan sulit Dennis yang hanya berprofesi sebagai ahli bangunan ternyata dapat dilihat danb dimanfaatkan dengan baik oleh Rick Carver sebagai juru sita rumah yang kebetulan menyita rumah Dennis pada waktu itu, Rick meng-hire Dennis dan menjadi orang kepercayaan Rick yang ternyata mereka mendapatkan celah licik dari keadaan ekonomi waktu itu. 

Kepiawaian Dennis dan kelicikan Rick seolah-olah membuat mereka tim sempurna dalam mengumpulkan uang dari kelemahan sistem yang memang pada akhirnya menyengsarakan para nasabah yang harus kehilangan rumah yang telah disita berdasarkan hasil keputusan sidang.

Saya tidak mau berpanjang lebar mengenai kisahnya, namun yang saya perlu cermati adalah pendewasaan atau pendalaman karakter dari Andrew Garfield dari seseorang remaja yang manis di The Social Network ataupun di dua film sebelumnya sebagai remaja tengil dan juga jagoan dalam film The Amazing Spiderman menjadi seorang ayah tunggal yang tinggal bersama ibunya dan merasa harus bertanggung jawab terhadap rumah tinggalnya yang disita oleh pihak bank.

Namun kegemilangan Garfield seolah itu terdongkrak atas penampilan apik Michael Shannon sebagai Rick Carver, Michael yang akrab di mata kita lewat polisi jahat di film tentang kurir sepeda “Premium Rush” bersama Joseph Gordon-Levitt.. kali ini bermain nyaris tanpa cacat memerankan Rick Carver, seorang juru sita andalan yang mampu menjalankan tugas dalam segala kondisi tanpa ada rasa perikemanusiaan sedikit pun dengan alasan sistem/aturan yang telah ditetapkan pengadilan. Namun dari sistem tersebut dia melihat celah untuk memperoleh keuntungan pribadi dengan membohongi sistem/peraturan tanpa belas kasihan. So pantaslah dia mendapatkan nominasi Golden Globe tahun 2016 sebagai Best Supporting Actor.

Ini merupakan film drama, namun drama yang penuh ketegangan dengan sedikit kekerasan yang terus memuncak karena peforma kualitas akting para pemainnya yang membuat film ini layak ditonton dan menjadi renungan kita agar berhati-hati jika mengagunkan asset property yang jadi satu-satunya milik kita.

Sangat manusiawi saya rasa, jika kita mempertahankan kebutuhan dasar dalam hidup seperti sandang, pangan, dan papan. Jika seseorang ingin merebutnya…wajar bagi kita untuk mempertahankan kebutuhan dasar tersebut dalam bentuk apapaun dan cara bagaimanapun.

Regs,

@elrivany

#moviereview: Aach..Aku Jatuh Cinta


"Bertemu kamu seperti menemukan bom waktu yang bisa meledak kapan saja. 
Aku putuskan menaruh bom itu di kantungku.
Maka jika bom itu meledak dekat jantungku,
akan menjadi pijaran kembang api…yang penuh kisah cinta."


Itulah penggalan dialog puisi yang dibawakan manis oleh Pevita Pearce, yg berperan sebagai Yulia...  Seorang remaja putri yg beranjak dewasa, dengan lawan main Chicco Jericco,aktor yang sedang naik daun semenjak mendapatkan piala citra di tahun 2014, berperan sebagai Rumi...
film ini menarik untuk ditonton karena sutradara dari film ini adalah Garin Nugroho, sutradara kawakan yang mondar mandir masuk festival film ternama... menyutradarai film yang memang secara kualitas adalah film komersial, bukan film festival.
Jika Garin diberikan kesempatan menyutradarai AADC2, mungkin akan seperti Acch Aku Jatuh Cinta (AAJC) jatuhnya..
Dialog puitis mengalir dengan derasnya dan dapat dinikmati dengan senyum oleh penonton, rekor tersendiri bagi saya...mengerti dan tidak mengantuk untuk menonton film2 karyanya Garin sebelumnya.
Filmnya sendiri begitu renyah, berdasarkan kisah percintaan Romeo dan Juliet... Dimana perjalanan cinta mereka selalu terbentur dan terhalang oleh sesuatu.. Cerita karya Shakespeare yang tidak habis dimakan waktu walau ribuan kali dikisahkan melalui fragment, pertunjukan drama teater, bahkan film dengan berbagai alih Bahasa dan saduran.
Jika kisah cinta asli Romeo dan Juliet dihalangi oleh keluarga dan budaya... Tidak dengan film ini, dimana kisah cinta Rumi dan Yulia dihalangi oleh ketakutan hati mereka masing2 jikalau mereka saling menyatakan cinta.
Filmnya sendiri berlatar tahun 70-90an, dimana pada masa tersebut memang sangat menarik untuk difilmkan, karena pada masa itu adalah masa2 penuh bunga, warna mencolok, baju polkadot, dan musik-musik rock n roll. Serta masalah perekonomian yg menjadi latarnya seolah pas menjadi film cinta yang penuh gejolak dan warna.
Garin secara halus memasukan kegelisahan rakyat Indonesia atas berbagai kebijakan ekonomi yg diambil pemerintah saat itu yg berimplikasi ke kehidupan sosial mereka.
Walaupun banyak keganjilan dan atau missing link antar scene...tidak membuat film ini lantas menjadi membosankan.. justru kekuatan skenario yang membuat semua hal kelemahan dalam film tersebut jadi tidak terlihat, namun walaupun bisa kita rasakan.
Walaupun sebenarnya Chicco sudah tidak pantas berdandan sekolah menengah atas, namun transformasi kedua bintang tersebut patut diacungi jempol, seperti yang saya sebutkan di atas..bahwa film ini berjalan di masa tahun 70an sampai awal 90an. Selain itu, original soundtrack film ini sangat pas dan nyantol bagi para penonton… siapa yang tak terkesima mendengar lantunan lagu “Dari Mana Datangnya Asmara” Hendri Lotinsulu. Dan masih banyak lagi, lagu2 yang buat kita tersenyum dan tentu saja…bernyanyi melantunkan sountracknya.
Oh iya, menariknya lagi…konsistensi film ini terlihat dari bagaimana setiap benda/adegan ini mempunyai makna sampai akhir film… jika ada yang sudah menonton, pasti tahu bahwa bra merah adalah kunci dari film ini J
+M.Rizki Elrivany
#timpevitapearce